Saresehan Geologi Populer : 200 Tahun Tambora
Caption
: Pakar Vulkanologi Universitas Padjadjaran Prof. Adjat Sudratjat
memaparkan sejarah kedahsyatan letusan Gunung Tambora pada tahun 1815
hingga mampu mengguncang dunia dan segala aspek yang mempengaruhinya
dalam Saresehan Geologi Populer bertajuk “200 Tahun Tambora”, di
Auditorium LT.I Badan Geologi, Jalan Diponegoro Bandung, Senin
(23/2/2015).
Berbicara Gunung Tambora berkisah pula tentang kedahsyatan letusannya
yang pernah terjadi pada tahun 1815 hingga mampu mengguncangkan dunia
terutama beberapa negara Eropa melebihi dahsyatnya letusan Gunung
Kerakatau pada 1883. Peristiwa alam yang langka tersebut tidak hanya
menelan korban jiwa manusia dan mahluk hidup lainnya serta harta benda
saja, melainkan mampu merubah peradaban dan tingkah laku manusia.”
Letusan Gunung Tambora 1815 silam, telah banyak menelan korban jiwa dan
harta benda, bahkan pengaruh dari letusannya tidak hanya dirasakan di
negeri kita saja, tapi mampu mempengaruhi lebih dari sepuluh negara di
dunia, bahkan disisi lain mampu merubah peradaban dan tingkah laku
manusia,” ujar Pakar Vulkanologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof.
Adjat Sudrajat dalam paparannya bertajuk “200 Tahun Tambora” pada
kegiatan Saresehan Geologi Populer yang rutin digelar Badan Geologi, di
Auditorium Lt.I Badan Geologi, Jalan Diponegoro Bandung, Senin
(23/2/2015). Acara yang banyak dihadiri masyarakat, pelajar dan
mahasiswa serta pakar geologi ini berkaitan dengan diterbitkannya buku
Badan Geologi bertajuk “200 Tahun Gunung Tambora : Tambora Menyapa
Dunia”. Di dalam Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, terletak
di semenajung Sanggar terdapat potensi alam yang hingga saat ini belum
digali seperti kandungan emas dan tembaga,” ujar Adjat yang menyatakan
dampak dari letusan gunung tambora ternyata berdampak baik dan
bermanfaat positif baik bagi pemerintah daerah setempat maupun
masyarakatnya. Dalam buku ini di tampilkan lukisan yang menggambarkan
kepanikan penduduk ketika terjadi letusan gunung tambora serta gambar
tulang penduduk kerajaan tambora yang terkubur oleh endapan piroklastik
setebal 2-3 meter. “ Terbukti sistem budaya telah ada di sekitar Gunung
Tambora dan jelas menurut para ahli indikasinya mengarah kepada
peradaban modern, salah satunya ditemukan keramik yang berasal dari
Kambodja,” terang Adjat. Tidak hanya itu, dalam buku tersebut terdapat
gambar ilustrasi bagaimana panglima perang Prancis Napoleon akhirnya
menyerahkan diri ketika kalah perang di Waterloop Belgia, alasannya
cuaca dan debu dari Gunung Tambora yang menutupi langit Eropa menjadikan
pasukan Napoleon tidak bisa menggunakan senjata Meriam. Termasuk cerita
horror tentang sosok Frankestein yang di tulis oleh Marry Shelley
karena terinspirasi oleh kelamnya udara yang disebabkan letusan Gunung
Tambora selama tiga tahun berturut-turut dan buku tersebut akhirnya
menyebar di seluruh dunia. “ Dibawah kawah Gunung Tambora terdapat Doro
Afi Toi, yang merupakan gunung api kecil yang tumbuh sejak 1847,
sesekali memuntahkan material, kini hanya menghembuskan asap kecil dan
penyebaran piroklastik yang dihasilkan letusan gunung Tambora 1815
memperlihatkan bahwa lereng timur lebih di dominasi oleh bongkah-bongkah
pumis dibandingkan dengan lereng sebelah barat,” terang Adjat yang
memperlihatkan gambar bagaimana pulau Santonda yang berada di kaki
gunung Tambora, air danaunya memiliki rasa lebih asin daripada air laut.
Tidak cukup sampai disitu, dalam buku ini, terdapat gambar Dr. Maryam
sebagai pewaris Kerajaan Bima yang masih memiliki buku catatan kerajaan
Bima yang isinya menceritakan kronologis geologi letusan Tambora yang
hingga kini masih menyimpan misteri. “ Tambora pada April 2015 akan
diusulkan pemerintah sebagai taman bumi nasional dan dunia,” lanjut
Adjat yang juga pada tujuh April 2015 akan berbicara mengenai Gunung
Tambora dalam pertemuan bersama para ahli Vulkanologi se-dunia di Swiss.
Masih di bulan April 2015, khusus Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat
dalam rangka memperingati 200 Tahun Tambora akan menggelar Festival
bertema “Tambora Menyapa Dunia”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar